Post by Hoomas on Apr 7, 2017 23:36:44 GMT
Teknologi pendidikan telah beberapa kali dirumuskan berasama oleh para pakar yang tergabung dalam organisasi teknologi pendidikan, yaitu AECT. Mereka terus berupaya untuk mengembangkan konsep teknologi pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Banyak rumusan teknologi pendidikan yang sudah dirumuskan oleh beberapa ahli, namun definisi terkini Teknologi Pendidikan adalah definisi teknologi pendidikan AECT 2004, karena rumusan tersebut sudah dianggap cukup menggambarkan jati diri teknologi pendidikan. Rumusan tersebut yaitu :
“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving preformance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources”
Secara ringkas, definisi 2004, mengandung keistimewaan sebagai berikut:
• Belajar dan kinerja; Kedua istilah ini merujuk pada upaya peningkatan mutu kemampuan seseorang (human development) melalui jalur pendidikan formal, yaitu sekolah atau belajar serta jalur pendidikan dalam organisasi atau profesi sebagai pengkangkatan kinerja (performance improvement). Perlu kiranya diketahui bahwa istilah belajar sering dijadikan acuan sebagai hasil belajar atau pencapaian seorang dalam belajar selama ia mengenyam masa pendidikan (formal) di sekolah. Kinerja sering dianggap hal yang sangat berbeda. Kinerja merupakan prestasi kerja di mana seseorang berkarya, berkiprah dalam dunia kerja dan profesi, dengan kondisi dan lingkungan yang sama sekali berbeda dengan sekolah.
Masyarakat bisnis dan industri cenderung membuat pembatas seolah-oleh belajar dan kinerja tidak ada kaitannya sama sekali. Padahal, prestasi sekolah merupakan prasyarat bagi prestasi kerja atau modal dasar dari kinerja baik bagi seseorang. Adaptasi dan dukungan organisasi sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang dalam bekerja.
• Proses teknologis dan sumber (technological prosesses and resources).
Kemajuan teknologi digital yang pesat tidak hanya berdampak atas industry dan gaya hidup seseorang di perkotaan. Pendidikan dan pembelajaran terkena pengaruh perubahan yang cepat karena kemunculan teknologi digital dan jaringan global. Untuk itu, teknologi pembelajaran mengadopsi dan mengadaptasikan temuan mutakhir ini dalam proses belajar.
Jaringan global memungkinkan seseorang menempuh pendidikan dan pelatihan tidak di suatu lokasi yang ditentukan. Ia dapat mengikuti program pembelajaran di warung internet, atau dimana saja melalui portable modem. Ia mengakses program hanya dengan duduk di depan laptop, netbook atau tablet. Tetapi tentu saja masih banyak yang perlu dikembangkan seperti bagaimanakah “memindahkan” atau “membentuk” ruang kelas dalam dunia maya. Bagimanakah sikap guru, serta penyajian materinya untuk kelas maya tersebut. Tentunya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi dan pertanyaan lain yang diprediksikan muncul yang harus dirumuskan dan diantisipasi oleh para teknolog pembelajaran.
• Mengindahkan etika dan estetika.
Dampak penggunaan teknolologi digital dan jaringan yang masif menyebabkan kurangnya interaksi secara fisik. Komunikasi sering terjadi karena interaksi maya. Setiap orang dapat berdiskusi, bercakap-cakap, tanpa harus bertemu atau bertegur sapa seperti dalam dunia nyata. Pertemuan atau interaksi maya ini menimbulkan efek lupa bahwa apa yang ada dalam dunia maya ada pemilik (nyata). Dengan demikian, etika kepemilikan terutama hak cipta sering dilupakan masyarakat pengguna jaringan maya. Untuk mencegah hal tersebut terjadi dalam dunia pendidikan, disiplin ilmu teknologi pendidikan dan pembelajaran merasa perlu mengingatkan setiap teknolognya akan pentingnjya mengindahkan hak orang lain.
Adapun estetika mengarahkan teknologi pendidikan dan pembelajaran akan keindahan, seni dan cita rasa perlu diasah dan dikembangkan. Estetika membina dan mengasah selera seseorang menjadi lebih baik. Tingginya nilai estetika seseorang akan berdampak terhadap cara pandang dan sikap (affective) yang baik. Tenggang rasa (emphaty), sikap proaktif dan asertif juga dibina melalui pengasahan estetika. Tentu saja, organisasi AECT berharap bahwa setiap anggotanya dapat berperilaku professional yang menjunjung tinggi nilai etika dan estetika dalam setiap kesempatan berkarya.
Sumber :
Prawiladilaga, D. S. (2012). Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.