Post by Dewi Fatimah Hardiyanti on Aug 13, 2017 17:37:06 GMT
HIDUP INI NYATA, BUKAN MEDIA SOSIAL_DEWI FATIMAH HARDIYANTI
Tahun 2017, di mana para generasi millennial sedang gencar – gencarnya mencari jati diri mereka. Generasi yang terlahir dengan sudah adanya bermacam – macam teknologi ini sangat memanfaatkan teknologi yang ada secara maksimal atau mungkin berlebihan.
Mengenal Lebih Dulu Apa dan Siapa “Generasi Millennial”
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Mereka juga adalah orang-orang dengan usia produktif. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Generasi millennial memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi.
Teknologi dan Media Sosial
Teknologi merupakan teknik yang dapat menghasilkan sarana untuk mengakses media sosial. Seperti handphone contohnya yang dapat menyimpan bermacam – macam media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lain – lain. Pemanfaatan handphone sendiri sebenarnya bukan hanya untuk mengakses media sosial. Kita dapat mencari informasi apapun yang kita mau hanya dengan berbekal satu ¬handphone. Selain itu, di dalam handphone juga banyak kebutuhan yang kita perlukan seperti kalkulator, kalender, jam, dan sebagainya.
Kemungkinan yang sangat kecil bila seseorang tidak tahu apa itu media sosial terutama para generasi millennial. Media sosial yang merupakan suatu wadah untuk mengenal lebih banyak orang – orang yang ada di dalamnya. Mulai dari orang – orang satu kota sampai satu dunia semuanya ada. Dengan media sosial kita dapat mencari informasi – informasi terdahulu bahkan sampai yang sedang berlangsung.
Membuat grup diskusi secara online bukan hal yang tidak mungkin lagi untuk zaman sekarang. Kita bisa memanfaatkan “Sosial Chat Media” untuk berdiskusi dengan teman – teman yang jaraknya jauh dari kita. Masih berhubungan dengan sosial chat media, saya sendiri pun bisa menonton drama kesukaan saya, melihat video lucu, dan membaca berita di salah satu aplikasi dari sosial chat media. Sudah seperti kebutuhan hidup tersendiri bagi para milennials untuk menggunakan media sosial.
Hidup Ini Nyata, Bukan Semu di Media Sosial
Memang sudah tidak heran lagi bila banyak orang yang melihat anak di bawah umur memainkan gadget mereka dan setelah dilihat lebih dekat ternyata mereka membuka media sosial. Hal yang seharusnya mereka tidak lakukan pun terjadi.
Mungkin seharusnya anak – anak masih senang bermain dengan teman – teman sebayanya seperti bermain petak umpet, kejar-kejaran, congklak, dan lain – lain. Tetapi pada era saat ini sudah jarang ditemukan momen seperti itu. Saya sendiri pun lebih sering melihat anak – anak memainkan gadget mereka dibandingkan bermain atau hanya bercanda dengan temannya walaupun mereka sedang berkumpul. Sungguh menyedihkan bagi saya melihat mereka lebih dekat dengan gadget.
Terlebih sedih jika mereka melihat hal yang sangat tidak pantas untuk mereka lihat melalui media sosial. Hal yang seharusnya mereka belum perlu tahu, tetapi mereka sudah tahu terlebih dahulu. Sangat berdampak pada pergaulan dan kehidupan mereka dengan mereka melihat hal yang tidak pantas tersebut.
Terlebih sedih jika mereka melihat hal yang sangat tidak pantas untuk mereka lihat melalui media sosial. Hal yang seharusnya mereka belum perlu tahu, tetapi mereka sudah tahu terlebih dahulu. Sangat berdampak pada pergaulan dan kehidupan mereka dengan mereka melihat hal yang tidak pantas tersebut.
Coba kita telusuri salah satu media sosial yang telah lama digunakan, yaitu Facebook. Pernah saya atau mungkin bukan hanya saya, menemukan adanya keluarga di dalam media sosial. Masalahnya bukan itu, tetapi keluarga tersebut dibuat oleh anak – anak yang mungkin perkalian matematika saja mereka masih berpikir lama. Mereka yang seharusnya masih fokus belajar tetapi sudah membuat keluarga hingga tercipta sebuah kehidupan di dalamnya. Dik, dunia ini bukan dunia media sosial.
Tidak hanya anak – anak, para remaja hingga orang dewasa juga bisa menyalahgunakan media sosial. Saya pun merasakan dampaknya. Coba saja kita jalan – jalan ke tempat dimana para remaja hingga orang dewasa suka berkumpul, seperti cafe. Kita bisa melihat adanya sekelompok orang berkumpul dan masing – masing memegang gadget-¬nya sendiri. Bahkan saat makanan pun datang, mereka masih saja asik dengan kesibukannya masing – masing. Setelah itu baru masing – masing dari mereka menangkap gambar makanan yang ada di meja, lalu diunggah di media sosial masing – masing. Sangat disayangkan jika momen berkumpul dengan sahabat dan keluarga diganggu dengan kecanggihan teknologi.
Tidak hanya itu, mungkin sekarang ini banyak orang yang mempunyai banyak teman di media sosial dibanding dengan dunia sebenarnya. Memang baik punya banyak kenalan yang kemudian menjadi teman bahkan sahabat, tetapi jangan hanya di media sosial. Perhatikan juga orang – orang di sekitar yang mungkin bisa kita kenali lebih jauh dan lebih mudah dimengerti karena kita hidup bukan di media sosial. Bukan tidak boleh menggunakan media sosial, tetapi cobalah seimbangkan dengan dunia sekitar.
Jadilah generasi millennial yang bijak memanfaatkan media sosial untuk kehidupan. Jangan lupakan lingkungan sekitar karena hidup ini nyata, bukan semu di media sosial.
Sumber :