Post by graksayuda on Aug 16, 2017 1:42:44 GMT
Generasi millennial. Mungkin banyak dari kita yang sering mendengar istilah ini dan mungkin ada banyak juga yang tidak tahu dengan istilah ini. Generasi millennial atau yang biasa disebut Millenials adalah sebutan populer untuk menggantikan istilah Generasi Y (GenY). Apa itu Generasi Y? Generasi Y adalah cohort (kelompok demografis) yang lahir setelah Generasi X. Menurut para peneliti sosial, generasi Y atau Millennials ini lahir pada rentang tahun 1980an hingga 2000. Dengan kata lain, generasi millennial ini adalah anak-anak muda yang saat ini berusia antara 17-37 tahun.
Perbedaan jaman atau rentang waktu kelahiran generasi ini dengan generasi x atau generasi sebelumnya pasti memiliki sikap atau ciri yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mungkin kebanyakan dari orang tua-orang tua kita atau orang tua yang lahir pada generasi sebelumnya, yakni generasi x, menganggap kalau generasi millennial ini adalah generasi pemalas ataupun generasi yang ingin diakui. Benarkah begitu?
Jika diperhatikan, generasi millennial lahir di jaman tv sudah berwarna, internet sudah ada, perangkat pintar juga sudah mulai ada, pergi ke mana pun selalu membawa smart phone pada jaman sekarang ini entah ke sekolah, kuliah atau bahkan ke pasar bagi mereka.
Bahkan bagi sebagian mereka ada yang tiap tahun harus ganti smartphone dan menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok. Berusaha untuk selalu terkoneksi di manapun dan kapanpun, ikut trend sana sini, mengidolakan suatu tokoh yang menurut mereka keren, dan ikut menyukai musik yang sedang hype nya. Sehingga orang tuapun bingung dengan kelakuan mereka yang selalu ikut gejala “kekinian” yang tiada habisnya.
Dari sikap itu lah muncul berbagai persepsi-persepsi atau stereotip bagi generasi atas terhadap generasi millennial. Beberapa diantaranya yaitu generasi millennial adalah generasi pemalas dan generasi yang ingin diakui.
Perbedaan jaman atau rentang waktu kelahiran generasi ini dengan generasi x atau generasi sebelumnya pasti memiliki sikap atau ciri yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mungkin kebanyakan dari orang tua-orang tua kita atau orang tua yang lahir pada generasi sebelumnya, yakni generasi x, menganggap kalau generasi millennial ini adalah generasi pemalas ataupun generasi yang ingin diakui. Benarkah begitu?
Jika diperhatikan, generasi millennial lahir di jaman tv sudah berwarna, internet sudah ada, perangkat pintar juga sudah mulai ada, pergi ke mana pun selalu membawa smart phone pada jaman sekarang ini entah ke sekolah, kuliah atau bahkan ke pasar bagi mereka.
Bahkan bagi sebagian mereka ada yang tiap tahun harus ganti smartphone dan menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok. Berusaha untuk selalu terkoneksi di manapun dan kapanpun, ikut trend sana sini, mengidolakan suatu tokoh yang menurut mereka keren, dan ikut menyukai musik yang sedang hype nya. Sehingga orang tuapun bingung dengan kelakuan mereka yang selalu ikut gejala “kekinian” yang tiada habisnya.
Dari sikap itu lah muncul berbagai persepsi-persepsi atau stereotip bagi generasi atas terhadap generasi millennial. Beberapa diantaranya yaitu generasi millennial adalah generasi pemalas dan generasi yang ingin diakui.
Pemalas
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa generasi millennial itu sudah mulai mengenal bahkan akrab dengan namanya teknologi yang semakin canggih. Selalu berusaha terkoneksi setiap saat. Semua hal bisa dilakukan hanya melalui smart phone mereka. Dari memesan makanan, mengerjakan tugas, berkomunikasi dengan teman, saudara atau orang tua, bahkan memesan ojek pun bisa. Dengan segala macam akses yang dihadirkan berbagai macam teknologi membuat semua pekerjaan menjadi lebih mudah. Ya karena memang itu-lah manfaat dari teknologi.
Namun, dari segala macam manfaat teknologi yang dihadirkan membuat generasi Y “dicap” pemalas oleh generasi X. Bagaimana tidak, yang dahulunya jika ada tugas harus berusaha datang dulu ke perpustakaan untuk mencari buku atau sumber literature tetapi jaman sekarang hanya dengan internet bisa langsung ketemu berbagai macam sumber literature yang bisa langsung dibaca. Tidak hanya itu, orang tua dahulu jika ingin berkomunikasi jarak jauh harus menulis surat kepada orang yang dituju dan biasanya harus menunggu sampai berminggu-minggu untuk mendapatkan balasan. Tetapi pada jaman sekarang, cukup menuliskan apa yang ingin dikatakan kepada orang yang dituju melalu aplikasi chatting bisa langsung diterima pesan tersebut kepada orang yang bersangkutan.
Lantas apakah ini semua bisa dikatakan bahwa semua generasi millennium adalah generasi yang pemalas? Tidak. Itu hanyalah stereotip belaka.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa generasi millennial itu sudah mulai mengenal bahkan akrab dengan namanya teknologi yang semakin canggih. Selalu berusaha terkoneksi setiap saat. Semua hal bisa dilakukan hanya melalui smart phone mereka. Dari memesan makanan, mengerjakan tugas, berkomunikasi dengan teman, saudara atau orang tua, bahkan memesan ojek pun bisa. Dengan segala macam akses yang dihadirkan berbagai macam teknologi membuat semua pekerjaan menjadi lebih mudah. Ya karena memang itu-lah manfaat dari teknologi.
Namun, dari segala macam manfaat teknologi yang dihadirkan membuat generasi Y “dicap” pemalas oleh generasi X. Bagaimana tidak, yang dahulunya jika ada tugas harus berusaha datang dulu ke perpustakaan untuk mencari buku atau sumber literature tetapi jaman sekarang hanya dengan internet bisa langsung ketemu berbagai macam sumber literature yang bisa langsung dibaca. Tidak hanya itu, orang tua dahulu jika ingin berkomunikasi jarak jauh harus menulis surat kepada orang yang dituju dan biasanya harus menunggu sampai berminggu-minggu untuk mendapatkan balasan. Tetapi pada jaman sekarang, cukup menuliskan apa yang ingin dikatakan kepada orang yang dituju melalu aplikasi chatting bisa langsung diterima pesan tersebut kepada orang yang bersangkutan.
Lantas apakah ini semua bisa dikatakan bahwa semua generasi millennium adalah generasi yang pemalas? Tidak. Itu hanyalah stereotip belaka.
Kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa generasi millennial adalah generasi yang pemalas hanya karena semua kegiatan bisa dilakukan dengan mudah oleh Internet atau teknologi lainnya. Teknologi itu dibuat untuk mempermudah kegiatan manusia. Tidak bisa serta merta dengan adanya teknologi tersebut langsung menyebut bahwa itu membuat malas dan menjadikan pemalas.
Gunakanlah teknologi dengan bijak. Jangan selalu terpaku dengan menggunakan ponsel pintar seperti memesan makanan atau bahkan memesan ojek online yang bahkan jaraknya tidak mencapai 10 m. Buktikanlah terhadap generasi sebelum millennial bahwa generasi millennial itu bukanlah generasi pemalas yang hanya selalu mengandalkan teknologi. Teknologi dibuat untuk membantu pekerjaan, bukan membuat menjadi malas.
Ingin diakui
Untuk masalah ini sepertinya memang tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan orang itu ingin diakui. Khususnya di generasi millennial ini cukup banyak memang yang menunjukkan perilaku seperti itu. Dari yang selalu meng-update status setiap kegiatan di semua sosial media, selalu pamer ini pamer itu, memperbanyak follower/teman/pengikut di sosial media, dan selalu mengharapkan like atau berbagai macam feedback semata-mata hanya untuk diakui.
Ada bagusnya memang, dari sini kita bisa “unjuk kebolehan/kelebihan” kita kepada orang, tapi hal itu biasanya malah menjurus ke hal yang bersifat kesombongan.
Status sosial dan eksistensi sosial cukup diliat dari jumlah follower/teman/pengikut orang tersebut di sosial media. Semakin banyak follower berarti semakin banyak pula orang tersebut yang kenal dan diakui di lingkungannya. Ada juga yang gengsi dengan jumlah pengikut yang dikit sehingga dia rela mengeluarkan duit untuk “membeli” pengikut agar terlihat lebih pe de.
Sedangkan yang berpengikut dikit selalu dianggap atau mungkin-memang-benar bahwa orang tersebut tidak terlalu dikenal atau diakui di lingkungannya. Sedih memang. Yang seharusnya jumlah teman itu cukup kita yang tahu pasti berapa banyaknya tetapi dengan sosial media itu malah terkadang membuat mental beberapa orang yang-mungkin-tidak-terkenal itu menjadi down dikarenakan sadar bahwa teman yang dikenalinya itu sedikit dibandingkan dengan yang lain.
Untuk masalah ini sepertinya memang tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan orang itu ingin diakui. Khususnya di generasi millennial ini cukup banyak memang yang menunjukkan perilaku seperti itu. Dari yang selalu meng-update status setiap kegiatan di semua sosial media, selalu pamer ini pamer itu, memperbanyak follower/teman/pengikut di sosial media, dan selalu mengharapkan like atau berbagai macam feedback semata-mata hanya untuk diakui.
Ada bagusnya memang, dari sini kita bisa “unjuk kebolehan/kelebihan” kita kepada orang, tapi hal itu biasanya malah menjurus ke hal yang bersifat kesombongan.
Status sosial dan eksistensi sosial cukup diliat dari jumlah follower/teman/pengikut orang tersebut di sosial media. Semakin banyak follower berarti semakin banyak pula orang tersebut yang kenal dan diakui di lingkungannya. Ada juga yang gengsi dengan jumlah pengikut yang dikit sehingga dia rela mengeluarkan duit untuk “membeli” pengikut agar terlihat lebih pe de.
Sedangkan yang berpengikut dikit selalu dianggap atau mungkin-memang-benar bahwa orang tersebut tidak terlalu dikenal atau diakui di lingkungannya. Sedih memang. Yang seharusnya jumlah teman itu cukup kita yang tahu pasti berapa banyaknya tetapi dengan sosial media itu malah terkadang membuat mental beberapa orang yang-mungkin-tidak-terkenal itu menjadi down dikarenakan sadar bahwa teman yang dikenalinya itu sedikit dibandingkan dengan yang lain.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa generasi millenial yang disebut sebut pemalas itu tidak sepenuhnya benar. Karena kita tidak bisa serta merta langsung "mencap" bahwa generasi millenial itu adalah pemalas. Sudah pasti ada yang pemalas dan ada juga yang tidak. Teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan, bukan membuat sesorang menjadi malas.
Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa generasi millenial itu generasi yang cenderung lebih ingin diakui. Ada bagus dan ada juga tidaknya. Bagusnya bisa membuat percaya diri, memperbanyak teman, menunjukkan kebolehan yang dimiliki. Dan yang buruknya semua itu dapat dijadikan "ajang kesombongan".
Ada baiknya kita semua yang generasi millenial melakukan yang baik baik saja. Gunakan teknologi dengan baik, jangan terlalu tergantung dengan teknologi agar tidak menjadi malas dan jangan terlalu sering pamer tentang apa pun itu di sosial media agar tidak terjadi yang namanya "ajang kesombongan".
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa generasi millenial yang disebut sebut pemalas itu tidak sepenuhnya benar. Karena kita tidak bisa serta merta langsung "mencap" bahwa generasi millenial itu adalah pemalas. Sudah pasti ada yang pemalas dan ada juga yang tidak. Teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan, bukan membuat sesorang menjadi malas.
Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa generasi millenial itu generasi yang cenderung lebih ingin diakui. Ada bagus dan ada juga tidaknya. Bagusnya bisa membuat percaya diri, memperbanyak teman, menunjukkan kebolehan yang dimiliki. Dan yang buruknya semua itu dapat dijadikan "ajang kesombongan".
Ada baiknya kita semua yang generasi millenial melakukan yang baik baik saja. Gunakan teknologi dengan baik, jangan terlalu tergantung dengan teknologi agar tidak menjadi malas dan jangan terlalu sering pamer tentang apa pun itu di sosial media agar tidak terjadi yang namanya "ajang kesombongan".