Post by fadli123 on Aug 17, 2017 14:13:25 GMT
KARAKTERISTIK GENERASI MILENIAL DAN PENGARUH TERHADAP INDUSTRI TI
Oleh : Ahkmad Fadli
Apa sih geberasi millenial itu? Generasi millenial adalah terminologi yang saat ini banyak
diperbincangkan. Millenials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah
kelompok demografis setelah Generasi X. Hasil rangkuman dari berbagai sumber, generasi
millenial adalah mereka yang memiiki ciri-ciri yaitu lahir dalam rentang waktu 1982-1995 (Straus
& Howe, 1991). Terlahir dengan akses ke teknologi, bahkan tergantung dengan teknologi, selalu
terkoneksi, memiliki kemampuan multitasking, sangat sosial, aktif menjadi bagian dari sebuah
komunitas, terbuka dan senang mencoba produk dan jasa baru untuk menggantikan cara
tradisional. Misal streaming film vs Tv cable dan masih banyak lagi.
Di Amerika Serikat, generasi millenial disebut-sebut sebagai demoghraphic cohort terbesar saat
ini. US Census Bureau mencatat jumlah warga millennial (rentang usia 15-25 tahun) di negeri
Paman sam itu mencapai 92 juta orang di tahun 2015.
Bagaimana dengan Indonesia? Generasi millennial juga merupakan asset masa depan Indonesia
karena jumlahnya diprediksi akan mendominasi populasi penduduk usia produktif di kurun waktu
5 sampai 19 tahun ke depan. Di tahun 2020, jumlah penduduk usia produktif di nusantara akan
melonjak hingga 50 – 60%, dan separuh di antaranya merupakan kaum millennial.
Berdasarkan penelitian Pew Research Center pada tahun 2010 dengan judulnya yaitu Millenials:
A Portrait of Gneretion Next. Generasi millennial memiliki karakteristik :
1. Millennial lebih percaya User Gnereataed Content (UGC) daripada informasi searah.
Bisa dibilang meillenial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu
arah. Mereka lebih percaya kepada konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan.
2. Millennial lebih memilih ponsel dibanding TV.
Generasi ini lahir di era perkembangan teknologi, internet juga berperan besar dalam
keberlangsungan hidup meraka. Maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial untuk
mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagi kaum millennial, iklan pada telivisi
biasanya dihindari. Generasi millennial lebih suka mendapat informasi dari ponselnya,
dengan mencarinya di Google atau perbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti,
supaya tetap up-to-date.
3. Millennial wajib punya media sosial.
Komunikasi di antara generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berarti
komunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka, tapi justru sebaliknya. Banyak dari
kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text messaging atau juga
chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profil dirinya, seperti twitter,
facebook, hingga line.
4. Millennial kurang suka membaca secara konvensional.
Populasi orang yang suka membaca buku turun drastis pada generasi millenial. Bagi
genersi ini, tukisan dinilai memusingkan dan membosankan. Generasi millenial bisa
dibilang lebih menyukai melihat gambar, apalagi jika menarik dan berwarna.
5. Millenial lebih tahu teknologi dibanfing orangtua mereka.
Kini semua serba digital dan online, tak heran generasi millenial juga menghabiskan
hidupnya hamper senantiasa online. Generasi ini melihat dunia tidak secara langsung,
namun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan berselancar di dunia maya, sehingga
mereka jadi tahu segalanya.
6. Millenial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif.
Diperkirakan pada tahun 2025 medatang, millenial akan menduduki porsi tenaga kerja di
seluruh dunia sebanyak 75 persen. Kini, tak sedikit posisi pemimpin dan manajer yang
telah diduduki oleh millenial. Seperti diungkap oleh riset Siciolab, kebanyakan dari
millenial cenderung meminta gaji tinggi, meminta jam kerja fleksibel, dan meminta
promosi dalam waktu setahun.
7. Millenial mulai banyak melakukan transaksi secara cashless.
Semuanya makin mudah dengan kecanggihan teknologi yang semakin maju ini, maka pada
generasi millenial pun mulai banyak ditemui perilaku transaksi pembelian yang sudah tidak
mengunakan uang tunai lagi alias cashless. Generasi ini lebih suka tidak repot membawa
uang, Karena sekarang hampir semuanya pembelian bisa dibayar menggunakan kartu,
sehingga lebih praktis, hanya perlu gesek atau tapping.
Pengaruh Generasi Millenial terhadap industri TI
Berbicara mengenai kaum millenial sebagai pelanggan, ada beberapa contoh perusahaan
yang dianggap sukses membidik mereka. Dengan memerhatikan karakter dan perilaku
generasi langgas, perusahaan-perusahaan ini menerapkan cara pemasaran atau marketing
yang berbpada teknologi dan dan sifat mereka yang ingin selalu berkontribusi dalam
kkomunitas selalu ingin menggunakan produk dan jasa yang menggunakan teknologi,”.
Cara bekerja generasi langgas juga berbeda. Generasi ini merupakan yang paling produktif
jika bisa dikelola dengan bak dan benar. Begitupun dalam menyelesaikan pekerjaan bisa
dilakukan dengancepat berkat kemampuan multitasking dan keakraban dengan teknologi.
Hal tersebut juga turut memengaruhi kesiapan perusahaan atau organisasi bisnis dari sisi
teknologi informasi (TI). Menurut Biswa Mesra (CTO, AIA) seperti dikutip dari Computer
Weekly ASEAN, keinginan perusahaan untuk lebih memahami pola-pola tren, dan
perilaku pelanggan, serta kebutuhan mobile gate way untuk mengakses “apa saja yang
penting” akan berujung pada architectural disruption pada perusahaan, lantas perubahan
apa yang dilakukan AIA di sisi teknologi? Misalnya jaringan distribusi AIA-agen asuransi
bank-menggunakan mobile distribution platform untuk membuat ilustrasi dan aplikasi
asuransi. Platform tersebut digunakan untuk menjual polis asuransi di sebagian besar pasar
AIA dan sebanyak tujuh puluh persen kantor-kantor cabang AIA di beberapa negara telah
mengadopsinya. AIA juga mengganti platform back-end yang berbasis mainframe dengan
solusi Policy Administrtion System (PAS). Selain itu, AIA juga mengimplementasikan
content manajement system modern untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan.
Kultur bekerja seperti itu, tak ayal menuntut manajerial untuk lebih bijak dan mengerti
perbedaan cara bekerja. Cara bekerja standar mau tak mau harus diobrak demi menghindari
terjadinya benturan yang mampu memicu karyawan millenial keluar masuk.
Oleh : Ahkmad Fadli
Apa sih geberasi millenial itu? Generasi millenial adalah terminologi yang saat ini banyak
diperbincangkan. Millenials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah
kelompok demografis setelah Generasi X. Hasil rangkuman dari berbagai sumber, generasi
millenial adalah mereka yang memiiki ciri-ciri yaitu lahir dalam rentang waktu 1982-1995 (Straus
& Howe, 1991). Terlahir dengan akses ke teknologi, bahkan tergantung dengan teknologi, selalu
terkoneksi, memiliki kemampuan multitasking, sangat sosial, aktif menjadi bagian dari sebuah
komunitas, terbuka dan senang mencoba produk dan jasa baru untuk menggantikan cara
tradisional. Misal streaming film vs Tv cable dan masih banyak lagi.
Di Amerika Serikat, generasi millenial disebut-sebut sebagai demoghraphic cohort terbesar saat
ini. US Census Bureau mencatat jumlah warga millennial (rentang usia 15-25 tahun) di negeri
Paman sam itu mencapai 92 juta orang di tahun 2015.
Bagaimana dengan Indonesia? Generasi millennial juga merupakan asset masa depan Indonesia
karena jumlahnya diprediksi akan mendominasi populasi penduduk usia produktif di kurun waktu
5 sampai 19 tahun ke depan. Di tahun 2020, jumlah penduduk usia produktif di nusantara akan
melonjak hingga 50 – 60%, dan separuh di antaranya merupakan kaum millennial.
Berdasarkan penelitian Pew Research Center pada tahun 2010 dengan judulnya yaitu Millenials:
A Portrait of Gneretion Next. Generasi millennial memiliki karakteristik :
1. Millennial lebih percaya User Gnereataed Content (UGC) daripada informasi searah.
Bisa dibilang meillenial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu
arah. Mereka lebih percaya kepada konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan.
2. Millennial lebih memilih ponsel dibanding TV.
Generasi ini lahir di era perkembangan teknologi, internet juga berperan besar dalam
keberlangsungan hidup meraka. Maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial untuk
mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagi kaum millennial, iklan pada telivisi
biasanya dihindari. Generasi millennial lebih suka mendapat informasi dari ponselnya,
dengan mencarinya di Google atau perbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti,
supaya tetap up-to-date.
3. Millennial wajib punya media sosial.
Komunikasi di antara generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berarti
komunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka, tapi justru sebaliknya. Banyak dari
kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text messaging atau juga
chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profil dirinya, seperti twitter,
facebook, hingga line.
4. Millennial kurang suka membaca secara konvensional.
Populasi orang yang suka membaca buku turun drastis pada generasi millenial. Bagi
genersi ini, tukisan dinilai memusingkan dan membosankan. Generasi millenial bisa
dibilang lebih menyukai melihat gambar, apalagi jika menarik dan berwarna.
5. Millenial lebih tahu teknologi dibanfing orangtua mereka.
Kini semua serba digital dan online, tak heran generasi millenial juga menghabiskan
hidupnya hamper senantiasa online. Generasi ini melihat dunia tidak secara langsung,
namun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan berselancar di dunia maya, sehingga
mereka jadi tahu segalanya.
6. Millenial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif.
Diperkirakan pada tahun 2025 medatang, millenial akan menduduki porsi tenaga kerja di
seluruh dunia sebanyak 75 persen. Kini, tak sedikit posisi pemimpin dan manajer yang
telah diduduki oleh millenial. Seperti diungkap oleh riset Siciolab, kebanyakan dari
millenial cenderung meminta gaji tinggi, meminta jam kerja fleksibel, dan meminta
promosi dalam waktu setahun.
7. Millenial mulai banyak melakukan transaksi secara cashless.
Semuanya makin mudah dengan kecanggihan teknologi yang semakin maju ini, maka pada
generasi millenial pun mulai banyak ditemui perilaku transaksi pembelian yang sudah tidak
mengunakan uang tunai lagi alias cashless. Generasi ini lebih suka tidak repot membawa
uang, Karena sekarang hampir semuanya pembelian bisa dibayar menggunakan kartu,
sehingga lebih praktis, hanya perlu gesek atau tapping.
Pengaruh Generasi Millenial terhadap industri TI
Berbicara mengenai kaum millenial sebagai pelanggan, ada beberapa contoh perusahaan
yang dianggap sukses membidik mereka. Dengan memerhatikan karakter dan perilaku
generasi langgas, perusahaan-perusahaan ini menerapkan cara pemasaran atau marketing
yang berbpada teknologi dan dan sifat mereka yang ingin selalu berkontribusi dalam
kkomunitas selalu ingin menggunakan produk dan jasa yang menggunakan teknologi,”.
Cara bekerja generasi langgas juga berbeda. Generasi ini merupakan yang paling produktif
jika bisa dikelola dengan bak dan benar. Begitupun dalam menyelesaikan pekerjaan bisa
dilakukan dengancepat berkat kemampuan multitasking dan keakraban dengan teknologi.
Hal tersebut juga turut memengaruhi kesiapan perusahaan atau organisasi bisnis dari sisi
teknologi informasi (TI). Menurut Biswa Mesra (CTO, AIA) seperti dikutip dari Computer
Weekly ASEAN, keinginan perusahaan untuk lebih memahami pola-pola tren, dan
perilaku pelanggan, serta kebutuhan mobile gate way untuk mengakses “apa saja yang
penting” akan berujung pada architectural disruption pada perusahaan, lantas perubahan
apa yang dilakukan AIA di sisi teknologi? Misalnya jaringan distribusi AIA-agen asuransi
bank-menggunakan mobile distribution platform untuk membuat ilustrasi dan aplikasi
asuransi. Platform tersebut digunakan untuk menjual polis asuransi di sebagian besar pasar
AIA dan sebanyak tujuh puluh persen kantor-kantor cabang AIA di beberapa negara telah
mengadopsinya. AIA juga mengganti platform back-end yang berbasis mainframe dengan
solusi Policy Administrtion System (PAS). Selain itu, AIA juga mengimplementasikan
content manajement system modern untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan.
Kultur bekerja seperti itu, tak ayal menuntut manajerial untuk lebih bijak dan mengerti
perbedaan cara bekerja. Cara bekerja standar mau tak mau harus diobrak demi menghindari
terjadinya benturan yang mampu memicu karyawan millenial keluar masuk.