Post by laviolasaputri19 on Aug 20, 2017 3:32:21 GMT
SATU DIANTARA RIBUAN
tugas ola.docx (14.64 KB)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan alias daring alias e-KBBI, generasi dapat diartikan sebagai sekalian orang yang kira-kira sama waktu hidupnya; angkatan; turunan. Sementara, milenium sebenarnya adalah penyebutan untuk jangka waktu seribu tahun. Jadi, apakah generasi milenium adalah orang yang waktu hidupnya sudah seribu tahun? Atau kelompok generasi yang lahir di tahun 1000 Masehi dan 2000 Masehi saja?
Pada hakikat sebenernya, generasi milenial bersinoim dengan generasi Y, yaitu generasi yang lahir pada seputaran tahun 1993-2001. Namun, dewasa ini, terjadi pergeseran makna ketika kita menyebut ‘generasi milenial’ maka yang muncul bukan lagi pemikiran tentang generasi Y melainkan percampuran antara generasi Y bagian akhir dengan generasi Z. Generasi Z sendiri memiliki banyak makna, beberapa di antaranya menyebut generasi Z sebagai masyarakat yang lahir setelah milenium baru: tahun 2000 beberapa sisanya menyebutkan, generasi Z adalah generasi yang lahir setelah internet muncul. Pertama, mari persamakan persepsi. Generasi milenials yang akan muncul selanjutnya adalah suatu penyebutan kepada masyarakat yang tumbuh dan berkembang setelah kelahiran internet. Generasi milenials adalah gugus generasi yang kehidupannya sudah dipermudah dengan teknologi internet.
Kehadiran internet mengubah banyak hal di kehidupan. Contoh paling sederhana: pendidikan. Generasi sebelumnya mencari pengetahuan membutuhkan banyak usaha. Keluar rumah, tampil rapi, mencari buku, menghabiskan berjam-jam di perpustakaan lalu bertukar pikiran dengan teman mengenai pemikiran yang kita miliki atau kita dapatkan melalui buku-buku yang dibaca, yang saat itu juga jumlahya terbatas. Tapi, setelah generasi milenial tidak perlu melakukannya. Tahap-tahap awal diganti dengan mengakses internet, entah itu membeli e-book, membaca artikel dari jurnal online dan beragam cara lainnya. Bertukar pikiranpun tak lagi harus dengan cara bertatap mata. Mulai dari mengirim pesan daring, menelepon via internet bahkan melalui internet, kita mampu menatap lawan bicara melalui video call. Praktis dan cepat. Kemajuan internet yang dialami milenials juga meningkatkan generasi berjiwa konsumtif. Membeli barang-barang tidak lagi melulu pergi ke toko. Semuanya bisa dilakukan melalui internet. Proses memilih, pengecekan barang bahkan sampai tahap pengiriman. Kita cukup menunggu beberapa waktu sampai barang yang kita ingikan sampai di depan pintu rumah kita. Aktifitas berbelanja juga tidak perlu lagi meluangkan waktu, kita bisa melakukannya di sela jam-jam kosong, ketika terperangkap kemacetan atau bahkan di tengah malam saat sulit tidur. Generasi milenials bisa menghabiskan uang dengan mudah.
Namun, kemajuan internet yang dirasakan generasi milenials tidak hanya terkait hal-hal negatif. Kelahiran internet membantu generasi milenials menjadi generasi yang inovatif. Beragam inovasi lahir secara terus-menerus. Ketika berdagang, generasi milenials tidak lagi perlu membuka toko lalu menjaga toko dalam waktu tertentu. Bagi generasi milenials, menjadi pengusaha semudah mengabadikan foto dagangan, mengunggahnya ke media sosial, membagikannya kepada teman-teman lalu mendapat pemasukan. Seiring dengan kemudahan menjadi ‘pengusaha-pengusaha kecil’ milenials juga dituntut untuk menghadirkan produk berbeda. Produk yang tidak ditemukan di lapak lain. Produk yang eksklusif. Begitu pula dengan cara pembelajaran. Hidup menjadi generasi milenials memaksa terciptanya aneka metode pendidikan. Generasi milenials mudah merasa bosan jika hanya mendengarkan pengajaran satu arah yang terpusat pada guru tapi sekaligus mudah terpecah konsentrasinya ketika metode pembelajaran memusatkan pada siswa.
Di bidang pergaulan, generasi milenials tumbuh menjadi sosok yang cenderung apatis. Dibanding berbuat baik, generasi milenials lebih menyukai hal-hal yang memungkinkan diri mereka menjadi pusat. Media sosial sangat disukai karena merupakan ladang memanen pujian dan menonjolkan kelebihan diri. Generasi milenials suka pengakuan diri. Apalagi jika pengakuan itu didapatkan dari sosok-sosok penting di sekitar mereka.
Menjadi generasi milenials mudah sekaligus sulit. Mudah karena dibanding generasi sebelumnya, banyak hal-hal baru sudah tercipta dan itu jelas mempermudah. Namun sulit karena di tengah kemudahan itu, persaingan yang timbul menjadi semakin ketat. Lahir dan tumbuh menjadi generasi milenials tentu saja membuat kita dilekatkan pada aneka stereotip yang tidak mudah. Stereotip malas adalah hal yang paling lumrah terjadi.
Di saat generasi orang tua kita harus berteriak untuk memanggil temannya saat berkunjung, kita kini lebih memilih menghubungi mereka melalui aplikasi berbalas pesan macam line untuk minta dibukakan pintu. Dibanding membaca ribuan buku, kini kita lebih memilih ensklopedia daring macam wikipedia bahkan untuk mencari makna kata saja kamus besar bahasa indonesia kini sudah kalah peminat dibanding e-kbbi atau kbbi-web.
Tidak ada yang salah dengan jadi milenials. Hidup di tengah akselerasi yang kian hari kian cepat, di tengah arus informasi yang mengalir secepat angin, di tengah inovasi yang terjun.
tugas ola.docx (14.64 KB)