Post by omarcaris1 on Aug 8, 2017 5:21:10 GMT
Nama : Omar Caris Aminoto TP 2017
Pada awalnya pengertian generasi adalah sekelompok orang yang bisa dikatakan sama antara waktu hidupnya, angkatan hidupnya serta keturunannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dari generasi ke generasi, generasi terus mengalami perkembangan hingga saat ini dan menyebabkan perubahan dalam kepribadian, sosial, budaya, minat, gaya hidup, kemahiran, dsb. Dikarenakan perubahan-perubahan itu para pencipta teori dari berbagai belahan dunia yang sebagian besar berasal dari Amerika mengembangkan teori-teori yang dapat digunakan sebagai dasar penamaan-penamaan untuk setiap generasi, beberapa teori yang berkembang menyebutkan bahwa masih ada lima generasi yang masih hidup hingga saat ini yaitu : G.I Generation 1901-1924, Silent Generation 1925-1942, Boom Generation 1943-1960, Generation X 1961-1981, Millennial Generation (Generation Y) 1982-2004, dan Homeland Generation (Generation Z) 2005-selesai.
Dari kelima generasi yang masih hidup generasi milenial atau generasi Y adalah generasi yang dialami sebagian besar mahasiswa pada saat ini, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1982-2004. Generasi milenial lahir bersamaan dengan munculnya teknologi informasi seperti telegraf dan internet yang mendorong terjadinya globalisasi. Menurut beberapa pakar, globalisasi itu sendiri dimulai pada masa milenium ketiga masehi yaitu diantara akhir abad ke-19 dan diawal abad ke-20. Alasan ini pula yang membuat generasi milenial disebut sebagai generasi yang ada pada masa perang budaya. Pada masa generasi ini teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat seperti ponsel dan internet, yang membuat generasi ini sangat berbeda dari generasi-generasi sebelumnya, orang-orang dari generasi ini lebih suka berkomunikasi lewat teknologi daripada harus bertatapan langsung dengan sesama manusia, membuat kepribadian pada setiap generasi ini menjadi lebih individualis dan tidak cakap dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Pada generasi ini interaksi langsung antar manusia dengan tujuan mendapatkan informasi berkurang karena setiap orang mengandalkan ponsel canggih serta internet demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Globalisasi tidak hanya mengubah kehidupan sosial mereka dalam berburu informasi, namun generasi ini juga mulai melupakan kebudayaan tradisional mereka sendiri, diduga kuat akibat arus informasi yang tak terbendung yang berada di-internet membuat globalisasi berujung westernisasi yang membuat budaya barat lebih mendominasi karena dinilai lebih bebas, lebih menyenangkan, lebih modern, dan lebih keren. Perlahan budaya-budaya yang biasanya diterapkan oleh generasi sebelum generasi yang biasa di sebut “generasi Y” ini mulai pudar, terlupakan, dan bahkan menghilang. Sebagai contoh kecil saja pada generasi sebelumnya di- Indonesia jika seseorang ulang tahun dilakukan syukuran dan tumpengan, namun dimasa generasi milenial ini ulang tahun lebih sering dirayakan dengan cara potong kue dan menyanyikan lagu “happy birthday to you” dan membakar kembang api yang tentunya mengadopsi budaya barat. Namun globalisasi tidak dapat sepenuhnya dianggap merugikan, karena sebenarnya globalisasi juga membawa perubahan postif bagi generasi ini, salah satu contohnya adalah kecepatan dalam menerima informasi sehari-hari, pada hal itu generasi milenial adalah generasi yang paling unggul. Informasi pada generasi ini dapat didapatkan secara sangat mudah mulai dari berita harian baik itu politik, ekonomi, atau sosial bahkan juga tugas kuliah dan infomasi lowongan pekerjaan. Itulah yang membuat generasi ini menjadi generasi kompetitif antara satu dan yang lainya yang membuat generasi milenial menjadi sebuah generasi yang memiliki daya saing kuat. Karenanya persaingan pada masa generasi ini sangatlah ketat dan membuat setiap orang pada generasi ini diharuskan memobilisasi diri mereka masing-masing agar dapat ikut serta dalam arena persaingan. Ada istilah yang tercipta pada generasi ini yaitu “siapa cepat dia dapat” sebagai salah satu contoh jelas adalah sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen karyawan pada saat ini lebih banyak menyebar lowongannya dimedia sosial seperti Line, WA, FB, dll. Dapat dibayangkan apabila ada orang dari generasi lain yang tak teralu mengenal teknologi, bisa jadi orang itu akan tersingkirkan dari arena persaingan tersebut. Taraf hidup para milenial juga cenderung tinggi akibat globalisasi, bayangkan pada masa ini seorang pemain game berbasis teknologi ( gamer ) bisa membangun lapangan uang mereka sendiri hanya karena mereka memiliki kemampuan bermain game, sebagai contoh Reza Octavian, manusia milenial ini telah berhasil menciptakan ladang uangnya sendiri dengan memanfaatkan hobinya tersebut, atau Mark Zuckerberg manusia milenial dari Amerika Serikat ini adalah sebenarnya adalah seorang programer, namun dengan bakat yang ia miliki dia menciptakan media sosial Facebook yang akhirnya laris manis digunakan setiap orang diseluruh dunia dan berhasil menjadi salah satu orang terkaya didunia. Hal diatas merupakan beberapa contoh kekurangan dan keunggulan menjadi generasi milenial yang hidup bersamaan dengan munculnya globalisasi. Karena itulah, sebagai generasi milenial yang terpapar virus globalisasi kita dituntut agar lebih bijak memilah antara positif dan negatifnya. Karena keduanya dapat berupa perubahan ekstrim, sebagai contoh jika seorang milenial lugu yang terlanjur masuk kearus negatif globalisasi maka orang ini dapat celaka, ia bisa saja terlibat narkoba, pergaulan bebas, bersikap hedonisme, dan menjadi seorang yang anti-sosial. Namun, jika seorang milenial cerdas menyikapi globalisasi dan lebih suka memanfaatkannya untuk kebutuhan yang positif, kita bisa lihat banyak contoh dari para jutawan bahkan milyuner muda seperti Reza Octavian, Mark Zuckerberg, Kevin Systrom dan Mike Kriegerdan ( pendiri Instagram ) dan masih banyak lagi contoh dari generasi milenial yang sukses besar karena globalisasi.
Pada awalnya pengertian generasi adalah sekelompok orang yang bisa dikatakan sama antara waktu hidupnya, angkatan hidupnya serta keturunannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dari generasi ke generasi, generasi terus mengalami perkembangan hingga saat ini dan menyebabkan perubahan dalam kepribadian, sosial, budaya, minat, gaya hidup, kemahiran, dsb. Dikarenakan perubahan-perubahan itu para pencipta teori dari berbagai belahan dunia yang sebagian besar berasal dari Amerika mengembangkan teori-teori yang dapat digunakan sebagai dasar penamaan-penamaan untuk setiap generasi, beberapa teori yang berkembang menyebutkan bahwa masih ada lima generasi yang masih hidup hingga saat ini yaitu : G.I Generation 1901-1924, Silent Generation 1925-1942, Boom Generation 1943-1960, Generation X 1961-1981, Millennial Generation (Generation Y) 1982-2004, dan Homeland Generation (Generation Z) 2005-selesai.
Dari kelima generasi yang masih hidup generasi milenial atau generasi Y adalah generasi yang dialami sebagian besar mahasiswa pada saat ini, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1982-2004. Generasi milenial lahir bersamaan dengan munculnya teknologi informasi seperti telegraf dan internet yang mendorong terjadinya globalisasi. Menurut beberapa pakar, globalisasi itu sendiri dimulai pada masa milenium ketiga masehi yaitu diantara akhir abad ke-19 dan diawal abad ke-20. Alasan ini pula yang membuat generasi milenial disebut sebagai generasi yang ada pada masa perang budaya. Pada masa generasi ini teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat seperti ponsel dan internet, yang membuat generasi ini sangat berbeda dari generasi-generasi sebelumnya, orang-orang dari generasi ini lebih suka berkomunikasi lewat teknologi daripada harus bertatapan langsung dengan sesama manusia, membuat kepribadian pada setiap generasi ini menjadi lebih individualis dan tidak cakap dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Pada generasi ini interaksi langsung antar manusia dengan tujuan mendapatkan informasi berkurang karena setiap orang mengandalkan ponsel canggih serta internet demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Globalisasi tidak hanya mengubah kehidupan sosial mereka dalam berburu informasi, namun generasi ini juga mulai melupakan kebudayaan tradisional mereka sendiri, diduga kuat akibat arus informasi yang tak terbendung yang berada di-internet membuat globalisasi berujung westernisasi yang membuat budaya barat lebih mendominasi karena dinilai lebih bebas, lebih menyenangkan, lebih modern, dan lebih keren. Perlahan budaya-budaya yang biasanya diterapkan oleh generasi sebelum generasi yang biasa di sebut “generasi Y” ini mulai pudar, terlupakan, dan bahkan menghilang. Sebagai contoh kecil saja pada generasi sebelumnya di- Indonesia jika seseorang ulang tahun dilakukan syukuran dan tumpengan, namun dimasa generasi milenial ini ulang tahun lebih sering dirayakan dengan cara potong kue dan menyanyikan lagu “happy birthday to you” dan membakar kembang api yang tentunya mengadopsi budaya barat. Namun globalisasi tidak dapat sepenuhnya dianggap merugikan, karena sebenarnya globalisasi juga membawa perubahan postif bagi generasi ini, salah satu contohnya adalah kecepatan dalam menerima informasi sehari-hari, pada hal itu generasi milenial adalah generasi yang paling unggul. Informasi pada generasi ini dapat didapatkan secara sangat mudah mulai dari berita harian baik itu politik, ekonomi, atau sosial bahkan juga tugas kuliah dan infomasi lowongan pekerjaan. Itulah yang membuat generasi ini menjadi generasi kompetitif antara satu dan yang lainya yang membuat generasi milenial menjadi sebuah generasi yang memiliki daya saing kuat. Karenanya persaingan pada masa generasi ini sangatlah ketat dan membuat setiap orang pada generasi ini diharuskan memobilisasi diri mereka masing-masing agar dapat ikut serta dalam arena persaingan. Ada istilah yang tercipta pada generasi ini yaitu “siapa cepat dia dapat” sebagai salah satu contoh jelas adalah sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen karyawan pada saat ini lebih banyak menyebar lowongannya dimedia sosial seperti Line, WA, FB, dll. Dapat dibayangkan apabila ada orang dari generasi lain yang tak teralu mengenal teknologi, bisa jadi orang itu akan tersingkirkan dari arena persaingan tersebut. Taraf hidup para milenial juga cenderung tinggi akibat globalisasi, bayangkan pada masa ini seorang pemain game berbasis teknologi ( gamer ) bisa membangun lapangan uang mereka sendiri hanya karena mereka memiliki kemampuan bermain game, sebagai contoh Reza Octavian, manusia milenial ini telah berhasil menciptakan ladang uangnya sendiri dengan memanfaatkan hobinya tersebut, atau Mark Zuckerberg manusia milenial dari Amerika Serikat ini adalah sebenarnya adalah seorang programer, namun dengan bakat yang ia miliki dia menciptakan media sosial Facebook yang akhirnya laris manis digunakan setiap orang diseluruh dunia dan berhasil menjadi salah satu orang terkaya didunia. Hal diatas merupakan beberapa contoh kekurangan dan keunggulan menjadi generasi milenial yang hidup bersamaan dengan munculnya globalisasi. Karena itulah, sebagai generasi milenial yang terpapar virus globalisasi kita dituntut agar lebih bijak memilah antara positif dan negatifnya. Karena keduanya dapat berupa perubahan ekstrim, sebagai contoh jika seorang milenial lugu yang terlanjur masuk kearus negatif globalisasi maka orang ini dapat celaka, ia bisa saja terlibat narkoba, pergaulan bebas, bersikap hedonisme, dan menjadi seorang yang anti-sosial. Namun, jika seorang milenial cerdas menyikapi globalisasi dan lebih suka memanfaatkannya untuk kebutuhan yang positif, kita bisa lihat banyak contoh dari para jutawan bahkan milyuner muda seperti Reza Octavian, Mark Zuckerberg, Kevin Systrom dan Mike Kriegerdan ( pendiri Instagram ) dan masih banyak lagi contoh dari generasi milenial yang sukses besar karena globalisasi.