Post by rina on Aug 8, 2017 15:03:24 GMT
Generasi Milenial_Rina.docx (17.66 KB)
Generasi Millennial
By: Rina Agustina
NIM: 1101617041
Lo lahir di rentang tahun 1982-90an akhir? Selamat! Lo termasuk anggota Gen Y, atau bahasa kerennya Generasi Millennial. Zaman di mana teknologi udah serba canggih dan internet menjadi kebutuhan pokok. Di mana pun mereka berada; di kereta, di busway, bangun tidur, mau tidur, lagi nunggu temen, lagi makan, ia nggak lepas ama yang namanya ‘gadget’. Ngaku! Memang, semuanya ada pada sebuah kotak kecil itu. Mau nonton tv ada, mau ngedengerin radio ada, sms, telfon (ya jelas), stalking mantan, berita dalam maupun luar negeri pun bisa bisa diakses dengan mudah. Selain itu, mulai dari whatsapp, line, instagram, telegram, dsb, semua itu sangat membantu kita untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan juga mantan. Bahkan saat nonton tv pun masih pegang gadget, sekadar selingan di sela-sela iklan (termasuk gue wkwk). Nggak bisa dipungkiri, millennial merasa mati kutu jika nggak terkoneksi dengan internet walaupun cuma sehari (ini gue alamin hoho).
Ada gadget, ada internet, nggak lengkap rasanya jika nggak diikuti eksis di media sosial. Yup, foto. Foto di bandara, foto di pesawat, foto di rel kereta, foto di gerbong kereta, foto di bis, foto lagi makan di restoran mahal, foto di mana pun deh, lo pasti pernah foto kan? Aploud di instagram, path, share ke group whatsapp, dan beberapa menit kemudian lihat berapa like, berapa dan siapa aja yang comment. Generasi Millennial sangat bangga jika akun sosmednya banyak yang nge-respond dan memiliki banyak followers.
Lalu apa lagi yang ada pada millennial? Selain gadget dan internet sebagai komplemennya, Gen Y juga hobi belanja dan liburan. Nongkrong sini, nongkrong sana, kuliah hanya untuk ajang gaya-gayaan (ini bukan gue banget ya). Nonton film yang lagi hits di bioskop, padahal di kost cuma makan nasi kecap sama kerupuk. Ketika libur telah tiba, liburan tahun baru misalnya, banyak provider jasa tour & travel menawarkan paket liburan yang menarik. Bagi millennial yang tidak berpikir panjang, tawaran/promo ini langsung digaet dan kartu kredit lah solusinya. Banyak dari mereka terlilit hutang kartu kredit hanya untuk pergi ke tempat wisata tertentu atau pun membeli barang-barang mewah merk terkenal yang mereka inginkan. Kebanyakan dari generasi millennial hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya. Terlepas dari apa latar belakang mereka, kemampuan orangtuanya, prestige menjadi nomor satu.
Millennial juga identik dengan sifat malas. Tapi di balik kemalasan tersebut, terselip kekreativitasan yang menumbuhkan inovasi-inovasi teknologi baru. Sekarang ini ada remote control lighting, yang memudahkan manusia untuk mematikan atau menghidupkan lampu jika sedang berada di luar rumah. Atau kalo lo lagi malas jalan menuju saklar lampu. Contoh lainnya run wheel, yaitu alas kaki beroda bertenaga baterai. Itu bisa digunakan jika lo lagi malas jalan jauh tapi tidak memungkinkan untuk naik motor atau mobil. Kalo lo pernah nonton drama Korea School 2015, lo pasti tahu deh.
Tap-tap, gesek-gesek, cashless. Seperti yang udah gue bilang di paragraf sebelumnya, millenial cenderung pake kartu kredit. Yup, sekarang udah nggak zamannya bawa duit banyak. Naik busway tinggal tap-tap. Naik commuter line tinggal tap-tap. Belanja juga bayarnya pake e-money. Simple dan nggak ribet.
Sosialita.. Pada kenyataannya, millennial aktif banget di media sosial mereka. Hashtag ini hashtag itu, pray for ini pray for itu, save ini save itu hanya untuk keeksisan semata. Ngikutin apa yang lagi trend. Di lingkungan sosial, secara aktual banyak yang nggak peduli. Contohnya saja di kereta, mereka pada sibuk dengan gadget-nya masing-masing, acuh tak acuh dengan orang di sampingnya. Jarang banget kan lo menjumpai orang yang ngobrol, membicarakan hal-hal yang bermanfaat, walaupun nggak saling kenal. Tetangganya terkena musibah pun nggak tahu, bahkan tutup mata tutup telinga.
Dalam urusan pekerjaan, millennial harus terkoneksi 24 jam agar bisa ‘hidup’. Bagi generasi ini, batas antara waktu kerja dan waktu personal sudah kabur karena selama mereka terkoneksi, surel mereka selalu aktif serta mereka bisa bekerja di mana pun dan kapan pun, sesuka mereka. Millennial terkenal royal dalam urusan jam kerja, pun sangat haus belajar, kreatif dan ingin selalu menemukan terobosan-terobosan baru di bisnis maupun teknologi.
Generasi millennial juga merupakan aset besar Indonesia di masa depan karena jumlahnya diprediksi akan mendominasi populasi penduduk usia produktif di kurun waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Di tahun 2020 jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan melonjak 50-60%, dan separuh diantaranya kaum millenial. Fakta itu diperkuat data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik lewat Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014-2015. Data BPS tersebut menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa dengan angkatan kerja sebanyak 128,3 juta jiwa. Di tingkat regional, millenial Indonesia pun akan berperan penting di Asia Tenggara. Jika dilihat dari jumlah populasi penduduk negara-negara di kawasan tersebut, Indonesia menjadi kunci jumlah penduduk usia produktif terbanyak.
Sumber:
• Generasi Langgas
• CNN Indonesia
• Rumahmillennials.com
• Hitsss.com
• www.jurnalcowok.com
• Infokomputer.grid.id
Generasi Millennial
By: Rina Agustina
NIM: 1101617041
Lo lahir di rentang tahun 1982-90an akhir? Selamat! Lo termasuk anggota Gen Y, atau bahasa kerennya Generasi Millennial. Zaman di mana teknologi udah serba canggih dan internet menjadi kebutuhan pokok. Di mana pun mereka berada; di kereta, di busway, bangun tidur, mau tidur, lagi nunggu temen, lagi makan, ia nggak lepas ama yang namanya ‘gadget’. Ngaku! Memang, semuanya ada pada sebuah kotak kecil itu. Mau nonton tv ada, mau ngedengerin radio ada, sms, telfon (ya jelas), stalking mantan, berita dalam maupun luar negeri pun bisa bisa diakses dengan mudah. Selain itu, mulai dari whatsapp, line, instagram, telegram, dsb, semua itu sangat membantu kita untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan juga mantan. Bahkan saat nonton tv pun masih pegang gadget, sekadar selingan di sela-sela iklan (termasuk gue wkwk). Nggak bisa dipungkiri, millennial merasa mati kutu jika nggak terkoneksi dengan internet walaupun cuma sehari (ini gue alamin hoho).
Ada gadget, ada internet, nggak lengkap rasanya jika nggak diikuti eksis di media sosial. Yup, foto. Foto di bandara, foto di pesawat, foto di rel kereta, foto di gerbong kereta, foto di bis, foto lagi makan di restoran mahal, foto di mana pun deh, lo pasti pernah foto kan? Aploud di instagram, path, share ke group whatsapp, dan beberapa menit kemudian lihat berapa like, berapa dan siapa aja yang comment. Generasi Millennial sangat bangga jika akun sosmednya banyak yang nge-respond dan memiliki banyak followers.
Lalu apa lagi yang ada pada millennial? Selain gadget dan internet sebagai komplemennya, Gen Y juga hobi belanja dan liburan. Nongkrong sini, nongkrong sana, kuliah hanya untuk ajang gaya-gayaan (ini bukan gue banget ya). Nonton film yang lagi hits di bioskop, padahal di kost cuma makan nasi kecap sama kerupuk. Ketika libur telah tiba, liburan tahun baru misalnya, banyak provider jasa tour & travel menawarkan paket liburan yang menarik. Bagi millennial yang tidak berpikir panjang, tawaran/promo ini langsung digaet dan kartu kredit lah solusinya. Banyak dari mereka terlilit hutang kartu kredit hanya untuk pergi ke tempat wisata tertentu atau pun membeli barang-barang mewah merk terkenal yang mereka inginkan. Kebanyakan dari generasi millennial hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya. Terlepas dari apa latar belakang mereka, kemampuan orangtuanya, prestige menjadi nomor satu.
Millennial juga identik dengan sifat malas. Tapi di balik kemalasan tersebut, terselip kekreativitasan yang menumbuhkan inovasi-inovasi teknologi baru. Sekarang ini ada remote control lighting, yang memudahkan manusia untuk mematikan atau menghidupkan lampu jika sedang berada di luar rumah. Atau kalo lo lagi malas jalan menuju saklar lampu. Contoh lainnya run wheel, yaitu alas kaki beroda bertenaga baterai. Itu bisa digunakan jika lo lagi malas jalan jauh tapi tidak memungkinkan untuk naik motor atau mobil. Kalo lo pernah nonton drama Korea School 2015, lo pasti tahu deh.
Tap-tap, gesek-gesek, cashless. Seperti yang udah gue bilang di paragraf sebelumnya, millenial cenderung pake kartu kredit. Yup, sekarang udah nggak zamannya bawa duit banyak. Naik busway tinggal tap-tap. Naik commuter line tinggal tap-tap. Belanja juga bayarnya pake e-money. Simple dan nggak ribet.
Sosialita.. Pada kenyataannya, millennial aktif banget di media sosial mereka. Hashtag ini hashtag itu, pray for ini pray for itu, save ini save itu hanya untuk keeksisan semata. Ngikutin apa yang lagi trend. Di lingkungan sosial, secara aktual banyak yang nggak peduli. Contohnya saja di kereta, mereka pada sibuk dengan gadget-nya masing-masing, acuh tak acuh dengan orang di sampingnya. Jarang banget kan lo menjumpai orang yang ngobrol, membicarakan hal-hal yang bermanfaat, walaupun nggak saling kenal. Tetangganya terkena musibah pun nggak tahu, bahkan tutup mata tutup telinga.
Dalam urusan pekerjaan, millennial harus terkoneksi 24 jam agar bisa ‘hidup’. Bagi generasi ini, batas antara waktu kerja dan waktu personal sudah kabur karena selama mereka terkoneksi, surel mereka selalu aktif serta mereka bisa bekerja di mana pun dan kapan pun, sesuka mereka. Millennial terkenal royal dalam urusan jam kerja, pun sangat haus belajar, kreatif dan ingin selalu menemukan terobosan-terobosan baru di bisnis maupun teknologi.
Generasi millennial juga merupakan aset besar Indonesia di masa depan karena jumlahnya diprediksi akan mendominasi populasi penduduk usia produktif di kurun waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Di tahun 2020 jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan melonjak 50-60%, dan separuh diantaranya kaum millenial. Fakta itu diperkuat data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik lewat Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014-2015. Data BPS tersebut menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa dengan angkatan kerja sebanyak 128,3 juta jiwa. Di tingkat regional, millenial Indonesia pun akan berperan penting di Asia Tenggara. Jika dilihat dari jumlah populasi penduduk negara-negara di kawasan tersebut, Indonesia menjadi kunci jumlah penduduk usia produktif terbanyak.
Sumber:
• Generasi Langgas
• CNN Indonesia
• Rumahmillennials.com
• Hitsss.com
• www.jurnalcowok.com
• Infokomputer.grid.id