Post by putrikirana on Aug 12, 2017 7:39:27 GMT
Nama : Putri Kirana
Membangun Generasi Kreatif
Generasi milenial, atau yang biasa disebut dengan generasi Y, merupakan generasi setelah generasi X yang di kenal sangat bergantung pada teknologi. Kebanyakan generasi milenial, lebih suka bermain gadget ketimbang bersosialisasi secara langsung. Hal tersebut tentu saja dapat berdampak negatif. Karna kita sebagai manusia tentu saja harus bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Karna ketergantungan terhadap teknologi itu pula, generasi milenial menjadi generasi yang manja. Segala hal dapat diperoleh dengan mudah. Bahkan banyak yang memanfaatkan kemudahan tersebut untuk hal-hal yang tidak baik.
Misalnya saja, menggunakan atau mencuri hasil karya orang lain. Tentu saja itu merupakan hal yang sering terjadi di era milenial ini. Terutama karna adanya internet, segala sesuatu dapat dengan mudah di sebarluaskan. Hanya dengan mengcopy-paste, karya seseorang dapat digunakan oleh orang lain. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan bagi pembuat karya dan juga akan menumpulkan daya kreatifitas si pencuri karya.
Tidak seperti dulu, generasi sebelumnya harus mencari sumber referensi dengan mendatangi perpustakaan sekolah atau kampus, mencatat keterangan dari buku, makalah, kliping, skripsi dan karya tulis lainnya. Bahkan, ketika mendatangi sumber referensi seorang ahli atau pakar, mereka harus mencatat dan merekam pembicaraannya. Setelah sumber referensi terkumpul, mereka harus menulis ulang dan mengetik kembali apa yang telah kutip secara teliti. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf.
Tapi sekarang, di era generasi milenial ini internet menyediakan banyak mesin pencari. Kita cukup mengetikkan kata kunci yang diinginkan. Kemudian informasi akan tersedia dalam hitungan detik saja. Kita pun dapat "copy" dan "paste" atau copas dengan mudahnya.
Sepintas copy-paste sangatlah mempermudah kita karena dapat mempersingkat proses pencarian dan penggandaan informasi. Namun hal ini akan membuat kita terbuai dan menjadi malas untuk mencatat, mengetik, berpikir dan menjadi tidak kreatif. Dalam jangka panjang, kecenderungan “tinggal copy-paste” akan lebih banyak memberi mudharat ketimbang manfaat.
Jadi, kita sebagai generasi milenial harus memiliki sikap bijaksana dalam menyikapi segala kemudahan yang ada. Jangan sampai kita gelap mata karna ingin segala pekerjaan selesai dengan cepat. Kita juga harus mencari berbagai referensi dan memastikan bahwa informasi yang kita dapatkan adalah informasi yang dapat dipercaya. Dengan begitu segala kemudahan yang ada dapat bermanfaat dalam segi positif.
Namun, generasi milenial tidak juga sepenuhnya buruk. Dengan adanya berbagai fasilitas modern, generasi milenial dapat dengan mudah menuangkan bakat dan minat yang mereka sukai. Karya-karya yang dihasilkan juga dapat dipublikasikan dengan mudah, sehingga dapat bermanfaat, bahkan memberikan motivasi kepada orang lain.
Dengan berbagai kemudahan tersebut, seharusnya generasi milenial dapat berkembang secara lebih maksimal. Namun terkadang, ada juga orang-orang berpikiran tidak terbuka yang suka meremehkan atau bahkan mencemooh karya orang lain. Hal tersebut tentu sangat tidak baik. Bahkan bisa menjadi salah satu faktor penghambat berkembangnya generasi milenial.
Masyarakat harusnya dapat mengapresiasi karya-karya positif yang dihasilkan. Karna sebuah apresiasi dapat membangun semangat untuk terus berkarya. Ada baiknya juga jika dibuat berbagai kompetisi sesuai minat dan bakat sebagai wadah untuk menampung berbagai karya atau kemampuan. Dengan begitu, generasi milenial akan saling bersaing secara positif.
Persaingan secara positif tersebut akan menambah semangat dan daya juang generasi milenial. Sehingga kualitas yang dihasilkan akan terus meningkat. Dengan begitu, generasi milenial akan menjadi generasi maju yang hebat dan memunculkan ide-ide cemerlang melebihi generasi-generasi sebelumnya.
Membangun Generasi Kreatif
Generasi milenial, atau yang biasa disebut dengan generasi Y, merupakan generasi setelah generasi X yang di kenal sangat bergantung pada teknologi. Kebanyakan generasi milenial, lebih suka bermain gadget ketimbang bersosialisasi secara langsung. Hal tersebut tentu saja dapat berdampak negatif. Karna kita sebagai manusia tentu saja harus bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Karna ketergantungan terhadap teknologi itu pula, generasi milenial menjadi generasi yang manja. Segala hal dapat diperoleh dengan mudah. Bahkan banyak yang memanfaatkan kemudahan tersebut untuk hal-hal yang tidak baik.
Misalnya saja, menggunakan atau mencuri hasil karya orang lain. Tentu saja itu merupakan hal yang sering terjadi di era milenial ini. Terutama karna adanya internet, segala sesuatu dapat dengan mudah di sebarluaskan. Hanya dengan mengcopy-paste, karya seseorang dapat digunakan oleh orang lain. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan bagi pembuat karya dan juga akan menumpulkan daya kreatifitas si pencuri karya.
Tidak seperti dulu, generasi sebelumnya harus mencari sumber referensi dengan mendatangi perpustakaan sekolah atau kampus, mencatat keterangan dari buku, makalah, kliping, skripsi dan karya tulis lainnya. Bahkan, ketika mendatangi sumber referensi seorang ahli atau pakar, mereka harus mencatat dan merekam pembicaraannya. Setelah sumber referensi terkumpul, mereka harus menulis ulang dan mengetik kembali apa yang telah kutip secara teliti. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf.
Tapi sekarang, di era generasi milenial ini internet menyediakan banyak mesin pencari. Kita cukup mengetikkan kata kunci yang diinginkan. Kemudian informasi akan tersedia dalam hitungan detik saja. Kita pun dapat "copy" dan "paste" atau copas dengan mudahnya.
Sepintas copy-paste sangatlah mempermudah kita karena dapat mempersingkat proses pencarian dan penggandaan informasi. Namun hal ini akan membuat kita terbuai dan menjadi malas untuk mencatat, mengetik, berpikir dan menjadi tidak kreatif. Dalam jangka panjang, kecenderungan “tinggal copy-paste” akan lebih banyak memberi mudharat ketimbang manfaat.
Jadi, kita sebagai generasi milenial harus memiliki sikap bijaksana dalam menyikapi segala kemudahan yang ada. Jangan sampai kita gelap mata karna ingin segala pekerjaan selesai dengan cepat. Kita juga harus mencari berbagai referensi dan memastikan bahwa informasi yang kita dapatkan adalah informasi yang dapat dipercaya. Dengan begitu segala kemudahan yang ada dapat bermanfaat dalam segi positif.
Namun, generasi milenial tidak juga sepenuhnya buruk. Dengan adanya berbagai fasilitas modern, generasi milenial dapat dengan mudah menuangkan bakat dan minat yang mereka sukai. Karya-karya yang dihasilkan juga dapat dipublikasikan dengan mudah, sehingga dapat bermanfaat, bahkan memberikan motivasi kepada orang lain.
Dengan berbagai kemudahan tersebut, seharusnya generasi milenial dapat berkembang secara lebih maksimal. Namun terkadang, ada juga orang-orang berpikiran tidak terbuka yang suka meremehkan atau bahkan mencemooh karya orang lain. Hal tersebut tentu sangat tidak baik. Bahkan bisa menjadi salah satu faktor penghambat berkembangnya generasi milenial.
Masyarakat harusnya dapat mengapresiasi karya-karya positif yang dihasilkan. Karna sebuah apresiasi dapat membangun semangat untuk terus berkarya. Ada baiknya juga jika dibuat berbagai kompetisi sesuai minat dan bakat sebagai wadah untuk menampung berbagai karya atau kemampuan. Dengan begitu, generasi milenial akan saling bersaing secara positif.
Persaingan secara positif tersebut akan menambah semangat dan daya juang generasi milenial. Sehingga kualitas yang dihasilkan akan terus meningkat. Dengan begitu, generasi milenial akan menjadi generasi maju yang hebat dan memunculkan ide-ide cemerlang melebihi generasi-generasi sebelumnya.