Post by shantiar on Aug 24, 2018 12:11:42 GMT
Critical thinking/berpikir kritis adalah konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima. Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis[1]. Pada tahun 1987, dalam presentasinya di 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform, Michael Scriven & Richard Paul menjelaskan bahwa berpikir kritis melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan untuk membuat konsep, menerapkan, menganalisa, menyarikan, dan mengamati sebuah masalah yang diperoleh ataupun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lain sebagainya. [2]
Generasi milenial harus memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, agar dapat dengan maksimal mendapatkan ilmu di sekolah/kampus dan bersaing di dunia kerja. Komponen pembentuk kemampuan berpikir kritis, yaitu: Kemampuan untuk menghasilkan dan memproses informasi atau kepercayaan; dan Kebiasaan, dengan berdasarkan komitmen intelektual. Kita harus memiliki kedua komponen tersebut.
Berpikir kritis sangat baik diterapkan sejak dini dan dalam segala hal. Pemikiran yang selalu menganalisa, mengevaluasi, dan mengembangkan sesuatu harus diterapkan dalam segala macam aktivitas. Sebagai pelajar dan mahasiswa, tentu berpikir kritis diperlukan di kelas dan di organisasi. Para pelajar yang aktif dan kritis menjadi cikal bakal pemimpin.
Proses belajar-mengajar terkesan tidak maksimal jika tidak ada timbal balik antar individu. Setiap materi tentu menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi masing-masing individu. Pada prakteknya, mahasiswa Indonesia masih kurang berpikir kritis, atau bahkan kebanyakan enggan untuk mengeluarkan pikirannya.
Proses pembelajaran seringkali hanya terjadi satu arah (Pengajar mengajar, pelajar memperhatikan). Seharusnya, terjadi dua arah (Pengajar mengajar, pelajar belajar). Terdapat perbedaan antara memperhatikan dan belajar. Yang dimaksud dengan memperhatikan adalah hanya menunggu suapan atau masukan ilmu dari pengajar. Pada proses pembelajaran, semua yang diberikan pengajar ditelan mentah-mentah tanpa mengevaluasi. Yang dimaksud dengan belajar adalah menerima ilmu, menganalisa dan menambah ilmu dari sumber lain. Hal ini-yang dilakukan saat mengemban ilmu- mempengaruhi kehidupan di masa mendatang.
Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dapat dimanfaatkan generasi milenial untuk bersaing secara luas. Manusia Indonesia harus bersaing dengan warga asing, yang notabene lebih matang dari segi pendidikan dan mental. Sikap dan mental manusia Indonesia perlu dikembangkan, salah satunya adalah berpikir kritis. Agar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan baik bagi masyarakat Indonesia sendiri, bukan malah menjadi bumerang bagi bangsa.
Generasi emas Indonesia di Tahun 2045 dapat diasah mental dan kemampuan berpikir kritisnya mulai dari sekarang-tahun 2018-. Dunia perkuliahan membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis. Pihak kampus dan mahasiswa yang lebih dahulu masuk menyediakan berbagai organisasi mahasiswa, organisasi perwakilan mahasiswa, dan unit kegiatan mahasiswa.
Dunia perkuliahan akan berjalan dengan monoton jika tidak ada kegiatan di luar pembelajaran. Organisasi-organisasi tersebut dapat menjadi sarana untuk refreshing dan berbagi pengalaman. Dengan bergabung di sebuah organisasi, akan banyak kenalan dan pengalaman yang didapat. Pengalaman tersebut tidak akan didapat jika hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang.
Organisasi kemahasiwaan juga mengambil bagian penting dalam proses pembelajaran. Organisasi dapat menjadi jembatan aspirasi mahasiswa-rektorat, antar mahasiswa, dan sebagainya. Organisasi juga sebagai ranah bertukar pikiran, ranah menyuarakan pendapat dan ranah seruan.
Pada intinya, pemikiran kritis dibutuhkan untuk setiap informasi yang diperoleh. Berpikir kritis memang membutuhkan skill, tetapi komponen utama yang lebih dibutuhkan adalah kontrol diri dimana bukan sekedar kemampuan tetapi kemauan.
Pada intinya, pemikiran kritis dibutuhkan untuk setiap informasi yang diperoleh. Berpikir kritis memang membutuhkan skill, tetapi komponen utama yang lebih dibutuhkan adalah kontrol diri dimana bukan sekedar kemampuan tetapi kemauan.
#PKKMBTPUNJ2018_3
Shanti Annisya Rachma
Shanti Annisya Rachma